Pengangkatan Wikramawardhana ( menantu Hayam Wuruk yang beragama Budha), serta penyingkiran para pendeta Hindu dikalangan istana sungguh menyakitkan padahal ketika raja Hayamwuruk memerintah semua agama mendapatkan tempat yang terhormat di Majapahit.( Negarakertagama ).
Maka Bree Wirabhumi , putra dari selir Hayamwuruk , yang dinobatkan sebagai adipati Majapahit Timur, dan penganut Hindu yang Teguh mempersoalkan pengangkatan Wikramawardhana tersebut. Sejak itu timbullah perang yang berlangsung beberapa kali ( Perang Paregreg), yang kemudian diselesaikan dengan perdamaian , bahwa apabila Wikramawardhana nanti meletakkan kekuasaan maka Bhree Wirabhumi akan diangkat sebagai raja Majapahit. Untuk meneguhkan perjanjian ini Wikramawardhana memberikan hadiah kepada Bhree Wirabhumi, dua orang adiknya sebagai istri selir Bhree Wirabhumi.
Tetapi ketika Wikramawardhana lengser keprabon dan menjadi Biksu,ternyata yang diangkat sebagai pengganti putrinya Dewi Suhita.Tentu ini sangat mengecewakan Bhree Wirabhumi. Maka perang besarpun tak terhindarkan. Dan Bhree Wirabhumi kalah dan kepalanya dipancung oleh panglima perang Majapahit ( Bhree Narapati)
Perlakuan yang semena mena ini, sangat disesali oleh para sesepuh MAJAPAHIT. Akhirnya para sesepuh Majapahit memperbaiki nama Bhre Wirabhumi ( lebih di kenal dengan Menakjinggo), dengan membangun candi Lung untuk tempat abu jenazahnya dan memenggal kepala Bhree Narapati
SEBALIKNYA para pemangku kerajaan Blambangan dan rakyat Blambangan , kematian rajanya tidak membuat surut semangatnya untuk membangun kembali Blambangan.Sebagai pewaris yang syah atas tahta Majapahit ,baik dari aspek keagamaan maupun keturunan ,meyakini Blambanganlah yang harus memegang teguh dan mewarisi kejayaan Majapahit.
Maka tidak heran Blambangan ( Majapahit Wetan) yg didukung oleh kesuburan tanahnya dan letak geographis yang strategis , berangsur pulih dan kuat kembali,sementara Majapahit kulon,tanpa dukungan Majapahit wetan/Blambangan mulai terseok seok menata ekonomi
Kadipaten kadipaten di Majapahit kulon ,secara berangsur dan pasti sejak dari kadipaten ditanah Swarna dwipa sampai ke Pasuruan mulai melepaskan diri dari Majapahit , baik karena gempuran bangsa Tartar di laut China Selatan maupun karena pengaruh Islam yang semakin kuat, dan terutama karena perebutan kekuasaan pada lingkar dalam Majapahit kulon persis seperti yang diramalkan oleh LAKSAMANA NALA, ketika membela dengan penuh kearifan terhadap pelengseran Gajah Mada sebagai Adipati Majapahit.
Laksamana Nala telah mencium gelagat yang tidak baik dari orang Istana Majapahit,yang mengaitkan peristiwa Bubat dengan Mahapatih Gajah Mada, tindakan itu diperkirakan hanya sebuah strategy untuk merebut pewarisan Kerajaan saja, dengan memisahkan prabu Hayamwuruk dengan Mahapatih Gajahmada. Kalangan istana takut dengan kekuasaan Mahapatih Gajahmada yang sangat besar.
Sementara kekuasaan Demak semakin besar , di daerah tapal kuda kedatangan pasukan Demak yang dipimpin P.Trenggono dielu2kan rakyat ,dan para adipati tak berdaya tanpa dukungan rakyat, menyerah pada tentara Islam Demak.
Kini pasukan Demak berhadapan langsung dengan pasukan Blambangan yang masih teguh dengan Hindu, dan menyongsong pasukan Demak di Panarukan . Kekuatan darat Demak dihancurkan sebelum armada laut datang. Pertempuran besarpun terjadi. Rupanya kekuatan dan Strategy Blambangan masih unggul dari Demak maka pasukan Demak tidak mampu menembus pertahanan Blambangan dan malahan pasukan Blambangan menembus pasukan Demak dengan gagah berani dan mampu menewaskan P.Trenggono/ Raja dan panglima perang pasukan Demak. Dengan tewasnya P.Tranggono maka pasukan Demak ditarik kembali ke Demak.
Dengan demikian ,maka Blambangan menjadi negara Hindu di Jawa yang mampu mempertahankan existensinya.Sejarah malah membuktikan setelah kemenangan itu Blambangan pernah menjadi negara Hindu yang sangat makmur dan berpengaruh, terutama ketika dipimpin raja Tawangalun II pada abad ke 17 atau dua abad setelah Majapahit kulon runtuh. Begitu heibatnya pengaruh raja Tawangalun II ini, sehingga jumlah istrinya MENCAPAI 400 0rang ( sebagai bukti pengakuan mantan adipati yang Hindu dari Majapahit kulon terhadap kebesaran kerajaan Blambangan Hindu). Dan kebesaran ini dibuktikan ketika Prabu Tawangalun II wafat. Sebanyak 270 ISTRINYA melakukan SATI (upacara berkabung agama Hindu dimana istri menerjunkan diri ke api NGABEN RAJA TAWANGALUN). Dan dalam sejarah tercatat sebagai SATI terbesar dalam sejarah Indonesia,malah mungkin sejarah kerajaan Hindu. (Java’s Last Frontier: The Struggle for Hegemony of Blambangan …Sri Margana ,desertasi DR, pada Universitas Leiden Belanda)
kuntulan di Banyuwangi
Serat Darmagandul, tidak seperti yang saya duga , ternyata adalah karangan zaman modern bukan klasik ,dan ditulis pengarang yang tidak terkenal dari Kediri. Serat ini menceritakan tentang berkembangnya Islam di Majapahit. Seperti cerita yang berkembang di masyarakat bahwa Serat Darmagandul menceritakan runtuhnya Majapahit karena penyerbuan Islam, meskipun catatan sejarah telah membuktikan lain , seperti diuraikan diatas.
Meskipun demikian Blambangan ternyata memiliki arti penting dalam Serat Darmagandul. Di tempat inilah terjadi pertemuan yang maha penting antara Sunan Kalijaga dan Prabu Brawijaya, yang menghasilkan kesepakatan, bahwa Prabu Brawijaya bersedia pulang kembali ke Majapahit , serta memaafkan R.Fatah . Serta Sunan Kalijaga , berjanji untuk mengingatkan R.Fatah untuk menghentikan perluasan Demak.
Namun akhirnya karena pengaruh Sabda Palon dan Naya Genggong, prabu Brawijaya, membatalkan kembali ke Majapahit, dan menjadi pertapa, kemudian MUKSA (Meninggal dalam posisi tersuci dalam ajaran Hindu).Dan Sabda Palon dan Naya Genggong tetap mendendam dan mengucapkan ramalan 500tahun yang terkenal di kalangan kebatinan.Dan ramalan itu tidak terbukti . Sementara Demak sangat mematuhi peringatan Sunan Kalijaga, sehingga Blambangan tak terjamah oleh Demak , dan malahan mampu menandingi Demak, seperti terurai diatas.
Walisanga
Sinisme Serat Darmagandul, tehadap Islam , demikian jauh sehingga sampai2 pengikut /para pengiring Sunan Kalijaga, yang memakai sorban yang terurai panjang kebawah disebut seperti burung kuntul dan cangak. Dan aneh bin ajaib kedua sebutan itu exist di Banyuwangi .
Kuntul atau Kuntulan , adalah kesenian yang memeragakan ketrampilan prajurit muslim berolah diri, diiringi lagu arab , dan hadrah( terbang). Sedang Cangak atau Cangakan adalah nama desa muslim yang sangat terkenal di Genteng. Pada masa kecil penulis, tahun 6oan, di kampung ini dikenal sebagai gudang gadis/pria berkulit putih bersih, berwajah mongolid, mirip dengan ras Usbeskistan, Tajikistan atau Afghanistan ( Sunan Malik Ibrahim diindentifikasi ternyata berasal dari Samarkand). Dan ketiga ras ini , memang memiliki custome pakaian persis seperti yang diidentifikasi Serat Darmagandul yaitu menggunakan serban ( Penutup kepala dengan ujung teruai ke bawah. Perhatikan sorban para Wali)
Mesjid Demak. Adipati Blambangan hadir dalam peresmian mesjid ini
Gelar Menak dan Sayu dan Babad , Serat Betak jemur.
Menjadi pertanyaan kapan Islam berkembang di Blambangan sehingga agama Islam menjadi agama orang Blambangan. ?
Lebih dari itu orang Blambangan dikenal sebagai pemeluk teguh agama ini dan teguh pula memelihara kebudayaan Majapahit, sebuah symbiose mutualistis yang mengagumkan. Di Blambangan , selain terkenal tari2an Blambangan yang exotik, terdapat juga pondok Pesantren yang besar dan berwibawa, demikian juga para kyainya selain memiliki nama besar juga terlibat dalam pembentukan organisasi keagamaan yang besar di Indonesia.
Para sejarawan Belanda ,menulis bahwa berkembangnya Islam di Blambangan, adalah berkat upaya Belanda , sebagai strategy untuk memisah Blambangan dari Bali dan kemudian menghapuskan kerajaan Blambangan dari muka bumi, dan memecah Blambangan menjadi 4 kabupaten ( JEMBER, BONDOWOSO, SITUBONDO, BANYUWANGI) serta menetapkan adipati dari kalangan Islam .
Sungguh hypothesa yang meragukan , karena Blambangan tidak pernah tunduk kepada kerajaan manapun, dengan Belanda sekalipun. Perang dahsyat dengan Belanda mulai dari Wong Agung Wilis sejak tahun 1771, kemudian diteruskan adipati Jagapati, Sayu Wiwit, dan pembantaian besar2an orang Blambangan, akan menjadi kenangan pahit terhadap Belanda, dan pasti menimbulkan perasaan benci yang tak berkesudahan terhadap Belanda . Dengan demikian bagaimana mungkin orang Blambangan mau menerima Islam dari tangan mereka . Dan jika Islam dipilih Belanda sebagai agama untuk orang Banyuwangi, ini adalah hypothesa aneh bin ajaib karena Belanda tidak segan segan menda’wahkan agamanya kepada suku di Indonesia.
Jadi kapan Islam mulai masuk ke Blambangan…….. meskipun tidak ditemukan data 2 yang autentik, tetapi merujuk budaya maulud nabi yang sangat kental maka tulisan dalam BABAD WALISANGA , dapat dijadikan rujukan, karena tradisi Maulud Nabi yang menggunakan KEMBANG TELUR , hanya terjadi pada tanah para wali atau yang ada hubungan sangat erat dengan para wali.
Karena itu marilah kita lacak melalui BABAD WALISANGA , dalam babad itu ditulis bahwa raja Blambangan mengadakan sayembara, untuk penyembuhan putrinya yang sakit, berkaitan dengan adanya wabah penyakit yang terjadi pada saat itu( Epidemi). Mengetahui ada wabah penyakit yang melanda Blambangan Sunan Malik Ibrahim meminta Maulana Iskak /Syaich Sidik/Syaich Wali lanang putra Syaich Jamaludin Qubro , beliau adalah keturunan Rasulullah. Beliau seorang sunan yang ahli dalam pengobatan untuk ikut serta dalam sayembara tersebut. Dan ternyata Maulana Iskah dapat menyembuhkan sang putri dan karenanya beliau dapat mempersunting sang putri Sekar Dalu/Sekar Dadu/ Dewi Kasihan putri Bhree Pakembangan/Menak Dadali Petak/Menak Sembuyu. Maka mulai saat itu , rupanya maulana mulai menyebarkan agama Islam.( Keberadaan Maulana Iskak di Blambanngan , selain diungkap dalam banyak Babad Blambangan, walisanga, serat Kanda, terdapat dalam epitaf ( Prasasti pendek pada nisan ) dari batu berangka tahun 1232(1310M) yang terdapat dalam situs Troloyo Mojokerto . ( Seminar Hari jadi Banyuwangi 14).
Tetapi karena kekawatiran para pemangku kekuasaan Blambangan , terhadap perluasan ajaran Islam yang terjadi diluar Blambangan sangat cepat , begitu juga di Blambangan , maka mulailah usaha untuk mengusir maulana Iskah keluar dari Blambangan. Untuk menghindari fitnah yang berkepanjangan terutama jika dikaitkan dengan Demak, maka Maulana memilih meninggalkan Nusantara dan kembali ke Mekah.
Pada saat Maulana meninggalkan Blambangan,istri beliau sedang mengandung Ada legenda yang mengatakan putra yang dilahirkan oleh sang putri dibuang kelaut ,dan ditemukan pedagang Gresik yang sangat kaya Nyi Ageng Pinatih , seorang muslim yang sholeha. Dalam asuhan Nyi Ageng Pinatih , dan Maulana Malik Ibrahim , putra sang putri Blambangan , menjadi ulama yang sangat disegani yang kemudian kita kenal sebagai Sunan Gir i salah seorang Wali dalam Wali Sanga.Karena semasa kecilnya dibuang kelaut , maka beliau juga dikenal sebagai Bagus Samudra/ R.Paku.
Dalam Babad juga disebutkan , ketika monument tersakral dalam penyebaran Islam yaitu mesjid Demak diresmikan, Adipati Blambangan, menjadi salah satu tamu terhormat dalam upacara persemian tersebut. Dengan demikian meskipun Blambangan adalah kerajaan Hindu , tetapi memiliki kedudukan yang amat terhormat dalam kerajaan Islam Demak .
Lebih menarik lagi adalah sebutan raja Blambangan, dalam babad Blambangan diberi gelar MENAK . Dua orang besar dari Blambangan terlacak diberi gelar MENAK dalam babad yaitu Bhree Wirabhumi dengan gelar Menak Jinggo, dan raja Tawangalun dengan gelar Menak KEDAWUNG .SEDANG Gelar Menak, dalam Serat BETAL JEMUR, MENAK JAMBIMAMBAR ( Serat yang menceritakan penyebaran agama Islam di Persia, pada zaman khalifah Umar Ibnu Chattab), adalah sebutan untuk raja 2 yang beragama Islam.
Demikian juga gelar untuk wanita kerabat istana , berbeda dengan gelar yang penulis lacak di kerajaan Hindu, di Banyuwangi kerabat istana yang wanita mendapat gelar SAYU. Gelar ini akan lebih mudah jika dikaitkan dengan Islam . Seperti tertulis dalam Babad bahwa maulana Iskak adalah menantu raja Blambangan. Sebagai maulana /orang yang berilmu dan keturunan Arab , gelar yang disandang beliau Sayyid, dan untuk istri atau anak keturunannya gelar yang disandangkan adalah Sayyidah. Mengingat Babad Walisanga, telah memberi kedudukan khusus pada keluarga kerajaan Blambangan ( Memilikli Menantu Maulana ( SAYYID), dan cucunya menjadi salah satu Wali dari Wali Sanga, serta mendapat undangan kehormatan dalam peresmian mesjid Demak, maka wajarlah jika gelar Sayu adalah metamorphosis dari gelar sayyidah ayu ( Raden Ayu). Dan peranan Sayu sangat legendaris dalam perang besar Wong Agung Wilis sampai Puputan Bayu.
Dalam babad Wilispun , raja Cokorde Blambangan yang berkedudukan di Mengwi Bali sangat dihormati oleh penduduk muslim Blambangan . Demikian juga Wong Agung Wilis. Dan ternyata Babad Wilis pun ditulis sorang muslim tahun 1773, dan dalam pembukaannya dengan jelas dan tegas menyatakan sebagai seorang muslim.
Kesimpulan;
Dari uraian diatas , maka hiphotesa Islam di Blambangan adalah hasil rekayasa Belanda adalah racun untuk menebarkan permusuhan .Belanda ingin menarik hati kaum muslimin yang tidak paham sejarah, dan menyudutkan orang Blambangan terhadap orang Islam di bumi Jawa.
Islam telah menjadi bagian yang penting sejak zaman Bhree Wirabhumi ( awal penyebaran Islam di Nusantara. Meskipun Blambangan adalah kerajaan Hindu , seperti tradisi Majapahit pada zaman raja Hayamwuruk, Blambangan memberi tempat yang khusus pada agama Islam,( baik pada zaman Bhree Wirabhumi, Tawangalun, maupun Cokorde Blambangan ) dan adanya kampung Islam di Blambangan serta menjaga hubungan kemitraan tetap terjalin dengan baik dengan kerajaan Demak. Apalagi menantu raja adalah seorang Maulana dan keturunan raja adalah salah satu dari Walisanga ( Sunan Giri).
Perang Puputan Bayu yang tersohor itu antara lain dipimpin Sayu (SAYYIDAH AYU) Wiwit telah memberi tempat khusus dalam perjoangan rakyat Blambangan. Oleh karena itu Islam telah menyebar dengan damai di Bumi Blambangan sejak awal penyebaran Islam di Jawa.
Penulis : Sumono
Blog: http://padangulan.wordpress.com/
Silahkan Tulis Komentar Anda ...