Posts Subscribe comment Comments

Pembasmian wong osing/blambangan thn 1771

AKHIR PERANG WONG AGUNG WILIS, PUPUTAN BAYU atau GENOCIDA WONG BLAMBANGAN
Sir Thomas Stanford Rafless dalam bukunya Hystory of Java menulis tentang adanya disolating system orang Banyuwangi pada page 68 sbb:
From that moment , the provinces subjected to its authority, ceased to improve. Such were the effect of her desolating system that the population of the province of Banyuwangie,which 1750 is said to have amounted to upwards of 80.000, was in 1811 reduce to 8000
Benarkah pembunuhan itu terjadi?
Kebenaran tulisan Sir Thomas Raffles mantan Letnan Gubernur Jawa dan Sumatra itulah yang menjadi perburuan saya, mencermati setiap fakta untuk mencari jawaban kebenaran tulisan itu.Maka ketika Hystory of Jawa di terjemahkan, saya membelinya dan melahapnya sebagai bacaan yang menarik, karena ditulis seorang birokrat muda (umur 30 tahun), yang dalam masa pemerintahan yang singkat 6 (enam ) tahun , telah menulis buku yang diakui sebagai masterpiece tentang Jawa dan membela orang Jawa, dari character assanisation Belanda. Dari buku itu sayapun mengetahui bahwa pembunuhan massal tidak hanya terjadi di Banyuwangi tetapi terjadi diseluruh Nusantara ,hanya fakta yang accurat diperoleh dalam kasus pembunuhandiBanyuwangi. Untuk sampai pada kesimpulan itu Raffles membandingkan pemerintahan VOC di Nusantara, dengan pemerintahan The Great Britain di India.Daerah yang diduduki VOC ternyata ditandai hal yang sama , penduduknya menyusut secara drastis, berbeda jauh dengan kota di India, yang di kuasai Inggris malah tumbuh menjadi daerah yang padat. Selain itu Thomas Stanford Raffless juga menyimpulkan ; Tampaknya praktek Tiranisme dan monopoli merupakan kebijakan utama bagi pemerintah VOC untuk menghasilkan keuntungan dari pulau ini(Jawa).( History of Java .xxviii).Maka wajah kelam karena perbuatan Belanda tidak boleh dilupakan dan terlupakan.
Apakah data Thomas Stanford Raffles akurat?
Deretan tabel dalam buku Hystory of Java tulisan Thomas Stanford Rafless,sangat banyak,mulai dari Tabel Gambaran umum dari tabel statistik pada hal 36 sampai 39, tabel perhitungan penghasilan dan biaya pemerintah hal 203, 204 , Tabel umum pertanian dan populasi hal 601 sd 633,638 sd 6440 dan dalam tabel ini terdapat tabel Banyuwangi. Hal ini menunjukan bahwa Sir Thomas Stanford memiliki perhatian yang serius terhadap angka dan Banyuwangi ,meskipun tulisan tentang Banyuwangi disinggung secara terpencar.
Jumlah angka populasi Banyuwangai pada tahun 1750, menurut saya sangat akurat, mungkin malah terlalu sedikit, jika dibandingkan dengan deskripsi tentang kerajaan Blambangan yang disampaikan DR Sri Margana yang mengambil Doktor di Universitas Leiden , Belanda dengan disertasi “Java’s Last Frontier: The Struggle for Hegemony of Blambangan“ yang dimuatdi Intermezo majalahTempo edisi tgl13 dan 19 September.Pendapat itumembuka fakta baru tentang kerajaan Blambangan sebagai berikut;
1. Kerajaan Blambangan (mencakup daerah Lumajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi) tidak runtuh setelah perang Paregreg, malahan tetap bertahan sampai abad ke 18,atau tiga abad setelah Majapahit runtuh.
2. Kerajaan Blambangan , dalam mempertahankan existensinya, mampu bergerak dengan mobilitas yang sangat tinggi, terbukti kerajaan Blambangan telah memindahkan ibukota kerajaan sampai 6 (enam) kali.(Lumajang, Panarukan , Kedawung /Jember, Macan Putih, Ulupampang,Lateng/Banyuwangi)
3. Kerajaan Blambangan selain mampu membangun kembali kekuasaaan dan kejayaannya setelah kekalahannya dalam perang Paregreg, juga dapat membendung serangan Kerajaan Demak,dan Kerajaan Mataram/Surakarta pada tahun 1639,1648,1665
4. Kerajaan Blambangan mencapai kemakmuran dan kewibawaan yang luar biasa, pada masa Prabu Tawang Alun II dari tahun 1655 sd 1692, ini terbukti istrinya mencapai 400 orang, dan ketika Prabu Tawangalun II meninggal. istri yang mengikuti sati sebanyak 270 orang.
5. Perang Pangeran Jagapati/Puputan Bayu adalah perang yang tersadis dalam sejarah perang di Indonesia. Tubuh dan kepala para prajurit yang tewas digelantungkan di pepohonan sekitar benteng.Lumbung padi dibakar, sehingga rakyat kelaparan dan disusul merebaknya wabah penyakit.
6. DR. Sri Margana juga menyampaikan, ada mitos yang berkembang di Mataram saat itu ( sekitar abad 18 ) , bahwa prajurit Blambangan kebal terhadap senjata.Jika keris maupun tombak dapat membunuh prajurit Blambangan, maka senjata tersebut dinyatakan sakti dan layak dipakai perang.
7. Daya tahan kerajaan Blambangan , terutama karena keandalan rakyatnya dan strategy perangnya.
Dari fakta fakta diatas maka jika penduduk Blambanngan pada tahun 1750 berjumlah 80 ribu, sangat memadai . Fakta tentang kemakmuran kerajaan Blambangan juga di kemukakan oleh Jonno de Barros, Decada IV,buku I,bab 7 (Portugies). Yang menulis bahwa pada bulan Juli 1528, Don Garcia Henriquez, tampaknya berlabuh di pelabuhan Peneruca /Panarukan untuk mengisi perbekalan sebelum melanjutkan perjalanan ke Malaka.Dan nampaknya raja Panarukan mengirim dutanya pada Gubernur Portugies di Malaka.
Peta Penarukan /Fedeida dari penjelajah Portugies TOME PIRES.
Peta Penarukan /Fedeida dari penjelajah Portugies TOME PIRES.
Maka menjadi pertanyaaan besar bagaimana mungkin suatu ras yang beradab/ kerajaan yang berjaya sampai abad ke 18, yang dengan perkasa mempertahankan gempuran Majapahit, Mataram, akhirnya hanya menyisakan penduduk yang terkucil dan kemudian langka di daerahnya sendiri yang nampak nyata pada saat sekarang ini?( Kerajaan Blambangan meliputi Lumajang, Jember ,Bondowoso, Situbondo , Banyuwangi. Penduduk Blambangan saat ini hanya berada di Banyuwangi. Dan dari 21 kecamatan di Banyuwangi , penduduk Blambangan hanya tinggal di 9 kecamatan).
Sebuah survey demographie setelah perang wong Agung Wilis dan Puputan Bayu menjadi bukti tulisan Sir Stanford Raffles tsb bahwa Blambangan hanya memiliki 120 sampai 130 kampung asli,dan tiap kampong hanya dihuni paling banyak 35 keluarga,
Jika hal itu masih diragukan adanya Dislokating system dan Genocida ,denga berlogika sederhana saja, akan ditemukan keanehan dan kejanggalan, yaitu mengapa penyusutan secara besar besaran itu tidak terjadi, pada orang Jawa, di Surakarta/Mataram, Jawa Timur,, Madura,padahal perang saudara,perang dengan VOC, wabah penyakit ,terjadi di kerajaan itu, jauh lebih besar jika dibanding dengan Banyuwangi, tetapi jumlah penduduk mereka tak bergeming atau menyusut drastis,malah bertambah banyak ?
Theory tentang Baby Bomb akan menolak hypothesis apapun ,yang mengakibatkan penyusutan yang diakibatkan oleh perang dan penyakit, setelah melewati masa damai yang panjang( 1772 sampai dengan 1811)
Sir Stanford Raffles, ketika menemukan fakta setelahcatatan penduduk di Jawa, tentang angka kelahiran dan angka kematian pada tahun 1750, menarik kesimpulan bahwa tingkat perkembangan penduduk di Jawa sama dengan perkembangan penduduk di Perancis, dengan menganalisa angka kelahiran dan angka kematian maka diperkirakan dalam 300 tahun akan meningkat dua kali lipat, tetapi pada kenyataaanya pada daerah tertentu di Jawa kenaikan dua kali lipat hanya memerlukan waktu 50 tahun. (hal 42)
Apalagi berdasarkan buku Raffles itu , penyakit yang berkembang di Jawa , hanyalah penyakit cacar dan demam,disentri, dan penyakit itu secara tradisional dapat diatasi.
Kematian akibat kelaparannpun ,sulit dipercaya dapat terjadi di Banyuwangi, karena sebagian besar Jawa , tanpa pemeliharaan yang memadai panen bisa dilakukan dua sampai tiga kali dalam setahun, apalagi di Banyuwangi , ditanah yang dikatakan indah dan subur. Jangankan menunggu panen, di hutanpun orang Blambangan bisa hidup. Bandingkan keadaan Banyuwangi dengan keadaan p. Madura atau daerah pesisir utara jawa , atau daerah Mataram lainnya.
Fakta diatas telah menjelaskan bahwa setelah Perang Wong Agung Wilis,Puputan Bayu , Belanda telah melakukan usaha usaha systemik sehingga mengakibatkan penyusutan penduduk Blambangan sebesar 90 % dengan melakukan pembunuhan besar besaran terhadap orang Banyuwangai,pemindahan paksa, terjadi pembiaraan ketika merebaknya penyakit, penistaan , dan penyiksaan yang sangat kejam yang mengakibatkan penduduk Banyuwangi menyusut secara tajam dari 80 ribu pada tahun 1750 menjadi 8 ribu pada tahun 1811. Belanda telah melakukan pembunuhan systemik/genocida
Mengapa Belanda melakukan Genocida
Ada beberapa alasan yang dapat dikemukakan ;
1.PERANG WONG AGUNG WILIS , PUPUTAN BAYU ADALAH PERANG DAHSYAT,MEMPEREBUTKAN TEMPAT STRATEGYS
Perang Wong Agung Wilis merupakan perwujudan permusuhan yang mendalam antara Inggris dengan Belandauntuk memperebutkan posisi perdagangan di dunia/Eropa dan permusuhan yang mendalam antara Mataram dengan Blambanganmemperebutkan legitimasi sebagai penerus Majapahit.Ini terbukti pertempuran yang berulang kali terjadi antara Mataram /Surakarta dengan Blambangan. Disamping itu posisi Blambangan dan Bayualit sangat strategisInggris,sesuai pendapat Sir Stanford Raffless(History of Java,h 101)Posisi Jawa di selatan di Benua Asia dan Hindia akan sama dengan posisi Mesir dan Sicilia di selatan Eropa.Dimulai sejak awal pemerintah Inggris berjoang untuk menguasai wilayah ini dan akhirnya menjadi pemerintah sementara, maka dimulailah satu babak baru dalam kehidupan yang lebih manusiawi dan adil , di pulau yang semestinya diperhitungkan oleh tiap kota metropolis , pelabuhan maupun daerah kecil mulai dari ujung Pantai Cina sampai Teluk Benggala…..
Bayualit dapat dijadikan pelabuhanpersinggahan oleh kapal dagang dan kapal perang Inggris dalam perjalanan menuju ke Australia, setelah menempuh perjalanan jauh , mengelilingi Afrika singgah di Yaman/Oman , kemudian India,tetapi masih memerlukan perjalanan panjang dan mengarungi samudra India untuk mencapai Australia.
Dan jika perang perang tersebut hanya sekedar perang saudara dan kemudian VOC datang membantu menyelesaikan, makabagaimana mungkin J.K.J de Yonge, mengutip surat Gubernur Jendral Reiner de Klerk tertanggal 31 Desember 1781 kepada pemimpin VOC bahwa Perang Puputan Bayu yang berlangsung 1tahun empat bulan itu menghabiskan dana setara dengan 80 ton emas (1883).(Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari Ujung Timur Jawa . Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010) . Maka pastilah kedua orang Belanda tersebut telah melakukan kebohongan besar
2.FAKTA FAKTA , PERANG WONG AGUNG WILIS
* 2.1.Permusuhan Inggris dan Belanda ( VOC)
Sejak tahun 1700 an , The Great Britain mulai menunjukan kemajuan yang sangat pesat, penaklukan dinasty Manchu di China, dan penemuan benua Australia serta semakin kokoh kekuasaan di India, membuktikan semakin perkasanya kekuasaan The Great Britain dalam perdagangan dunia /Eropa. London secara pasti telah mengambil alih kekuasaan Amsterdam sebagai pusat keuangan di Eropa. Sementara V.O.C, semakin terseok seok , tidak mampu memberantas korupsi para pembesarnya ditanah jajahan terutama di Jawa, sedang hutang Mataram ( Surakarta) kepada VOC semakin membengkah tak pernah dibayar. Pada tahun 1730, di tanah Jawa yang subur dan menjanjikan ini, ternyata VOC malah mengalami kerugian sebesar 7.7 juta gulden.( History of Java).Karena itulah VOC memanfaatkan Mataram (Surakarta) yang terlibat dalam perang saudara tidak terselesaikan. Belanda dengan segala tipu dayanya, politik belah bambu akhirnya dapat memaksakan perjanjian Giyanti 1755, yang membelah Surakarta.Dengan perjanjian itu VOC dapat memaksa Mataram/Surakarta melunasi hutangnya , memberikan kewenangan yang lebih besar dan untukmenguasai Jawa Timur/termasuk Blambangan.
2.2.Permusuhan Surakarta /Mataram dan Blambangan. Blambangan mempunyai kedudukan legal (legitimate) sebagai turunan kerajaan Majapahit, dibanding kerajaan manapun( Benarkah Menakjinggo Culas.,Ambisius dan Tidak tahu diri).Blambangan mewarisi kerajaan Majapahit, dan diakui oleh kerajaan Demak, dan mematahkan serangan Demak di Pasuruan ( Tome Vires, Suma Oriental, Spanyol ). Dan Mataram berusaha menjadi pewaris Majapahit. Tiga kali Mataram (Surakarta ) melakukan serangan besar ke Blambangan pada tahun 1639, 1648, 1665, namun serangan itu tidak pernah menundukan Blambangan. Serangan tahun 1639 yang dipimpin oleh Sultan Agung, telah menaklukan sebagian besar Jawa Timur dan Madura. Tetapi Blambangan belum tertundukkan Oleh karena itu Sultan Agung menyatakan Blambangan dan Sumedang , paling berbahaya bagi Mataram / Surakarta. (Hystory Of Java 509.)Di satu sisi, Blambangan dan kerajaan di Jawa Timur juga merasa heran dan terhina, dengan tindakan Mataram (Surakarta), yang tanpa dasar telah menyerahkan Malang, Pasuruan, Blambangan kepada V.O.C. Bagaimana mungkin Mataram/Surakarta menyerahkan Malang ,Pasuruan , Blambanganpadahal serangan Mataram Surakarta pada tahun 1639,1648,1665, telah dipatahkan oleh Blambangan dan malahan Trunojoyo(1674sd 1677) dan Untung Surapati (1684 sd 1706) telah pernah menaklukan Mataram.Sementara Surakarta/Mataram terbelit hutang yang luar biasa besarnya pada VOC,dan terjerumus dalam perang yang panjang, Blambangan malahan menjadi negara yang makmur dibawah Prabu Tawangalun II( 1655 sd 1692)Maka tidak heran setelah perjanjian itu ,keturunan Trunojoyo , dan Untung Surapati, seperti halnya Blambangan melakukan perlawanan.( Babad Wong Agung Wilis)
2.3. Bukan Opium tetapi tempat Strategis
Posisi Strategys, P.Jawa telah diuraikan diatas,mulai awal pemerintahan Inggris dan itu disyukuri ketika Inggris telah menguasai Jawa pada zaman Raflless.(101) Nilai penting Blambangan juga dikemukakan oleh Stanford Raffles bahwa seorang Inggris Mr. Yesse telah membangun pemukiman di Balambangan pada tahun 1774, tetapi kemudian tidak diteruskan karena harus pindah ke Borneo ( 144). Ini terbukti, dibangunnya kantor dagang oleh oleh Inggris sekitar tahun 1766 , saat Inggris mulai bekerja sama dengan kerajaaan Blambangan. Pada saat itu juga di bangun bandar Tirtaganda atau Tirta Arum.
Babad Wong Agung Wilis, yang ditulis Purasastra dengan jelas menggambarkan kehadiran kapal dagang dan kapal perang Inggris di pelabuhan Banyualit. Memang disebutkan ada perdagangan opium. Tetapi keberadaan kapal dagang dan kapal perang Inggris, dan penjualan senjata api,menunjukan bahwa Inggris, sedang mencari tempat persinggahan , dalam perjalanan menuju Australia, yang dalam tahap explorasi .Menempuh perjalanan dari Inggris, singgah di Afrika Selatan , di Yaman /Emirat Arab, kemudian India,merupakan perjalanan yang melelahkan, dan meneruskan perjalanan ke Australia , berlayar di Samudra India yang ganas , tanpa persinggahan adalah suatu keniscayaan. Dan bagi Belanda/VOC mempertahankan Bayualit /Blam bangan dari penguasaan Inggris adalah sebuah keharusan.. Amsterdam telah dikalahkan London dalam persaingan memperebutkan pusat keuangan Eropa,Australia yang ditemukan pertama kali orang Belanda, sekarang telah dikuasai Inggris dan menjadi lahan yang menjanjikan, maka jika Bayualit dikuasai Inggris dan menjadi pelabuhan persinggahan Inggris ke Australia,merupakan noda sejarah . Posisi strategys Banyuwangi , semakin jelas pada tahun 1800an, ketika Australia mulai melakukan explorasi emas. Maka ketika Sir Stanford Raffless menjadi Letnan Jendral Jawa dan Sumtera. berkeberatan menyerahkan Banyuwangi dan Bengkulu , kepada Belanda. Dan baru menyerahkan kepada Belanda setelah Inggris menguasai Singapore dan mendapat jaminan Singapore sebagai daerah perdagangan bebas dan Inggris diberi kebebasan berlayar ke Australia.
2.4.Perang besar dan berlangsung lama.
Dari babad Wong Agung Wilis, kita temui fakta fakta berikut;
* Keputusan untuk perang menghadapi wong Agung Wilis, diputuskan oleh pimpinan pusat VOC.
* Pimpinan pusat VOC, memerlukan datang ke Pasuruan, untuk mendapatkan fakta dari pimpinan Blambangan yang kalah.
* Pimpinan VOC, mensyaratkan penyerahan sepenuhnya Blambangan dan sebagai syarat pertemuan , pimpinan VOC meminta hadiah gadis gadis Blambangan.
* Keputusan penyerbuan ke Blambangan dihadiri para adipati dari seluruh Jawa Timur, dan pimpinan Mataram/Surakarta
* Penyerbuan ke Blambangan ,selain tentara VOC yang bersenjata api juga mengerahkan tentara yang sangat besar yang terdiri dari Surakarta,Pasuruan , Banger, Surabaya,Madura yang didukung oleh ratusan kapal.
* Pasukan Blambangan , terdiri lebih dari 4000 sampai 6000 orang, selain menggunakan persenjataan tradisionil, juga memiliki senjata api, dan didukung oleh Mengwi, China, Bugis.( Ingat , perang ini terjadi setelah pemberontakan China di Jakarta (1740), sedang keterlibatan tentara Bugis sudah terjadi pada perang Trunojoyo sebagai akibat perang besar di Sulawesi yang dipimpin Sultan Hasanudin (1631 sd 1670).Disamping itu perang ini mendapat dukungan dari Inggris , dengan adanya kapal dagang dan kapal perang serta penjualan senjata api .
Disamping fakta fakta tersebut Dr. Sri Margana menyatakan perang ini, adalah perang tersadis yang pernah ada di zaman penjajahan .
Dan J.K.J de Yonge ( 1883) menyatakan perang ini sebagai perang yang menghabiskan biaya sangat besar yaitu sebesar 80 ton emas, dengan mengutip surat Gubernur Jendral Reiner de Klerk tertanggal 31 Desember 1781 kepada pemimpin V.O.C.yang menyatakan Perang Puputan Bayu yang berlangsung 1tahun empat bulan itu menghabiskan dana setara dengan 80 ton emas.(Ika Ningtyas, Mahbub Djunaidi , Laskar Tangguh dari Ujung Timur Jawa Majalah Tempo edisi 13 -19 September 2010). Pada tahun 1779 VOC mengalami kerugian sebanyak 85 juta gulden.Dan pada tahun 1799,VOC dinyatakan bangkrut dan dibubarkan
GENOCIDA, MERAMPOK , CHARACTER ASSASINATION
Ketakutan atas munculnya kembali perlawanan Blambangan dan biaya perang Wong Agung Wilis dan P. Jagapati telah menguras pundi pundi VOC yaitu sebesar 80 ton emas ,telah mendorong VOC melakukan tindakan dislokating system, yang lebih tepatnya disebut Genocida .
Dislokating System dapat dibuktikan dengan tersingkirnya rakyat Blambangan yang semula tersebar di Lunajang, Jember, Bondowoso, Situbondo, Banyuwangi, akhirnya terusir dan tersudut di Banyuwangi ,dan di Kabupaten Banyuwangipun penduduk Blambangan , hanya tinggal di 9 kecamatan dari 21 kecamatan. Semula di Kabupaten Jember, masih ditemukan desa desa Blambangan, tetapi saat ini sudah terjadi pembauran.
Genocida terbukti dari pengusiran ini disertai penganiayaan, pembunuhan secarakejam yang mengakibatkan penduduk Blambangan berkurang secaradrastis sebanyak 90% ( sembilan puluh persen). Dari jumlah 80 ribu pada tahun 1750 menjadi 8 ribu ditahun 1811. Maka untuk mengelabui dan menutupi tindakan kejam itu , VOC dan kemudian Kerajaan Belanda ( VOC dibubarkan tahun 1799) melakukan tindakan merampok untuk menguras kekayaan Blambangan dan Character Assasination , untuk melumpuhkan jiwa dan semangat perlawanan/perjoangan rakyat Blambangan.
Inilah fakta fakta perampokan dan character assasination itu.
1.Menghancur leburkan istana Tawangalun dan Bayualit.
Setelah perang wong Agung Wilis , yang sangat dahsyat, ternyata muncul P.Jagapati dalam perang puputan Bayu, suatu bukti sejarah yang tak terbantahkan bahwa perlawanan rakyat Blambangan sulit dipatahkan. Sejarah telah membuktikan bahwa Blambangan sebagai pewaris syah Majapahit pantang menyerah, malahan berjaya kembali setelah perang Paregreg, mengalahkan serangan kerajaan Demak, mematahkan serangan Surakarta /Mataram tiga kali berturut. Demikian pula biaya perang yang sangat besar yaitu 80 ton emas, telah menguras seluruh pembayaran hutang dari Surakarta /Mataram dan malahan kemudian membangkrutkan VOC pada tahun 1799. maka sulit menolak , jika VOC kemudian melampiaskan dendam pada rakyat Blambangan.Untuk mematahkan semangat perlawanan rakyat Blambangan VOC melakukan tindakan membabi buta dengan menghancur leburkan pelabuhan, benteng Banyualit dan istana Tawangalun (resident Belanda Van Wiekerman , diabad ke delapan belas, yang dalam sebuah suratnya mengemukakan keberadaan bekas istana Tawangalun yang dibangun dengann arsitektur China, memiliki panjang 4.5km,tinggi 12 kaki, tebal 6 kaki,) dan memindahkan ibukota Blambangan ke Ulu Pampang.
Sulit difahami kerajaan Macan Putih , yang begitu megah seperti yang digambarkan oleh Van Wiekerman itu tidak meninggalkan fakta fakta yang memadai untuk diungkap , sehingga seorang Dr. Sri Margana perlu mengambil fakta fakta itu di Leiden University. Begitu juga fakta Banyualit. Sementara fakta Ulu pampang , umpak sanga masih ada.
2.Menghentikan Babad Wong Agung Wilis dan menyebarkan berita bohong pembunuhan orang Bali.
Penulisan Babad Wong Agung Wilis ,ternyata terhenti sampai saat kedatangan Wong Agung Wilis di Blambangan. Penghentian tulisan ini, membuat gelap fakta fakta selanjutnya tentang Perang Wong Agung Wilis, dan selanjutnya yang muncul adalah fakta yang disampaikan oleh VOC dan Mataram /Surakarta. Peneliti dari U.G.M Winarsih, menyatakan bahwa penulis Babad wong Agung Wilis, adalah seorang intelectual yang sangat faham tentang keadaan masa itu. Penghentian itu tentu menjadi tanya besar? Dalam Babad Wong Agung Wilis, diungkapkan bahwa raja Mengwi sangat dihormati oleh penduduk Blambangan baik yang beragama Hindu maupun beragama Islam, sementara Belanda menyatakan bahwa orang Blambangan sangat membenci orang Bali dan malahan melakukan pembunuhan secara besar besaran terhadap orang Bali, suatu hal yang tidak masuk akal , karena hal ini sulit dibuktikan. Di daerah ex Kawedanan Rogojampi masih ada desa kuno Bali( yaitu Bali Patoman di Blimbingsari) , nama Bali masih digunakan untuk nama desa di Kec Singojuruh dan daerah lain (Tabanan, Karangasem )dan hubungan spiritual antara Bali dan Blambangan masih berlangsung sampai saat ini( Suatu upacara keagamaan Odalan yang dilakukan oleh rakyat Tabanan dan tempat sekitarnya tidak dianggap sempurna sebelum melakukan ziarah ke suatu tempat di Banyuwangi).Berita bohong ini merupakan bagian dari politik Belanda mengadu domba setiap suku , dan permusuhan agama di Indonesia.
3. Membuat tandingan Babad Blambangan
VOC dan Mataram /Surakarta menulis Babad Blambangan Macapat, yang menceritakan kisah kesuksesan penaklukan Blambangan, yang menceritakan bagaimana rapuhnya tentara Blambangan, tidak ksatrya, dan mudah berbalik pikiran. Babad ini merupakan tandingan Babad Blambangan Gancar yang ditulis pujangga Blambangan menceritakan tentang silsilah raja Blambangan, dan keperkasaan raja raja Blambangan
4.Character Assasination Wong Agung Wilis,dan P.Jagapati
VOC ternyata masih belum puas dengan seluruh tindakan diatas,maka character Assasination juga dilakukan VOC pada Wong Agung Wilis, Pangeran Jagapati, dan Sayu Wiwit. Wong Agung Wilis dinyatakan sebagai boneka Mengwi, tidak asli Blambangan, dan kalah Perang. Pangeran Jagapati, meskipun dia menyatakan diri sebagai reinkarnasi dari Wong Agung Wilis, dinyatakan lebih heibat dari Wong Agung Wilis. Dua pemimpin perang ini diperbandingkan,di adu, sekan kedua pimpinan ini bersaing untuk memperebutkan kekuasaan, dan perang Wong Agung Wilis dan Pangeran Jagapati tidak berkaitan. Tetapi pada titik puncaknya, Pangeran Jagapati ,dituduh melakukan pemberontakan karena memperebutkan istri pimpinan Banyuwangi, seorang pemimpin yang suka menggoda perempuan , dan melakukan selingkuh dengan Sayu Wiwit. Cerita ini ibarat tombak berujung dua, ujung pertama ditancapkan kedada Wong Agung Wilis, dan ujung kedua diangkat tinggi untuk ditusukkan ke leher Pangeran Jagapati.Maka Blambangan kehilangan dua pemimpinnya sekaligus
5. Sinisme dan Deligimitasi Raja Blambangan.
Dr Sri Margana dalam wawancaranya di Tempo edisi September 13sd 19 September, menyatakanbahwa cerita Damarwulan ,Menakjinggo merupakan usaha untuk melakukan delegimitasi dan sinisme raja Blambangan , karena Cerita Damarwulan dan Prabu Menakjinggo ini ditulis dalam buku Serat Kanda / Serat Damarwulan oleh sastrawan dari keraton Surakarta dan dipentaskan dalam bentuk Langendrian (Operate) oleh Mangkunegara IV (1853 sd 1881). Kemudian dipopulerkan di Banyuwangi oleh penguasa Banyuwangi yang masih berdarah Surakarta.
Dengan cerita tersebut , Surakarta dan Belanda berusaha menyakinkan ,bahwa kerajaan Blambangan telah memberontak terhadap kerajaan Majapahit, dan karenanya tidak pantas disebut pewaris Majapahit . Raja Blambangan Menakjinggo , yang buruk rupa itu menghendaki ratu agung Majapahit, adalah manusia yang tidak tahu diri. Pementasan Damarwulan, menggunakan gamelan dan cara penampilan Bali, adalah tindakan untuk berlepas tanggung jawab, bahwa drama tari itu merupakan rekaan kerajaan Bali Dan untuk lebih meyakinkan lagi maka dibuatlah cerita bahwa Blambangan di jajah oleh Mengwi.Sebuah kebohongan yang luar biasa,karena cerita itu tidak ada di Bali.
Semua tindakan itu telah menghasilkan buah yang luar biasa ;Orang Banyuwangi melupakan Genocida dan menganggap keradaannya sebagai minoritas adalah hal yang wajar.
Orang Banyuwangi malu menggunakan kata Blambangan, dan bangga menyebut orang Osing, sebuah sebutan yang tidak jelas maknanya dan menghina.
Orang Banyuwangi yakin adanya penjajahan kerajaan Mengwi
KESIMPULAN
Dari fakta fakta diatas sulit dibantah VOC dan kerajaaan Belanda , telah melakukan Dislokaing system dan Genocida.
Baik Genocida dan tindakan untuk menutupi Genocida dilakukan secara systemik dengan melakukan penghancuran situs sejarah, menguras habis kekayaan rakyat Blambangan, Character Assasination, deligimitasi dan sinisme, sehingga rakyat Banyuwangi tidak menyadari adanya Genocida itu dan lebih parah lagi malu sebagai rakyat Blambangan, dan malah menyebut dirinya sebagai orang Osing,
NDA: RMS DILINDUNGI DAN DIBELA, BLAMBANGAN DILENYAPKAN DAN DIRAMPOK..
Ini adalah bangsa budak dari segala budak(Pramudya Ananta Toer)
Pembatalan kunjungan Presiden SBY ke negri Belanda , karena adanya tuntutan RMS pada pengadilan International hak azasi manusia, telah menimbulkan polemik politik yang luar biasa.
Para pengkritik SBY, yang tidak setuju dengan pembatalan itu, tidak sedikit yang mengaitkan dengan pembelaan Belanda dengan hak2 azasi manusia, dan menyajung Belanda dengan sebutan yang menjalankan hak hak azasi manusia, dan tidak sedikit juga yang mengaitkan kebebsan demokrasi. Dan menyanjung Belanda telah memperlakukan RMS sebagai bekas jajahan dengan baik, melindungi dan membela.
Ketika melihat cara membela dalam televisi, saya jadi teringat kalimat yang diucapkan Bung Karno , dan tulisan Pramudya Ananta Toer.Dan saya sependapat dengan para pembela pembatalan itu yang dilakukan oleh DR.Arbi Sanit maupun Sparinga.
Mereka telah melupakan bahwa Belanda sedang membuka kedoknya,menyamakan Indonesia dengan Negara jajahannya, dan lebih dari itu melupakan Belanda telah ,menindas , merampok , dan membunuh rakyat Indonesia.
Dan catatan sejarah membuktikan bahwa tindakan Belanda itu dilakukan diseluruh bumi Indonesia, dan saya hanya mengambil catatan sejarah Blambangan.
Disolating System/ Pelenyapan/genocida di Blambangan.
Sebagai seorang Banyuwangi, yang menikmati pendidikan , saya terkejut ketika pada akhir tahun 2007 saya membaca tulisan yang mengutip tulisan Sir Thomas Stanford Raffles, tentang adanya pembunuhan besar2an di Banyuwangi , yang dilakukan oleh Belanda pada tahun 1771 sampai dengan tahun 1811, hingga mencapai 90% dari penduduk yang ada . Pada tahun 1771 ( tepat pada saat Inggris terlibat perang wong Agung Wilis)
penduduk Banyuwangi, mencapai 80.000 ribu, dan pada tahun 1811 ( Tepat pada saat Inggris mengambil alih Jawa dari tangan Belanda ) penduduk Banyuwangi tinggal 8000. ( Hystory of Jawa , English page 68, Indonesia hal 48).
Saya heran , mengapa tindakan kejam ini tidak pernah terungkap dalam pelajaran sejarah di sekolah Banyuwangi dan lepas dari pemerintah Banyuwangi. Dalam pembahasan hari jadi Banyuwangipun masalah ini tidak pernah muncul.Kita hanya mendapat informasi perlawanan Heroik, perang Wong Agung Wilis, dan Puputan Bayu. Meskipun itu sangat perlu tetapi genocida inipun tidak dapat dilupakan, karena Puputan Bayu sekalipun tidak akan membunuh orang Blambangan sebanyak itu.
Genocida inipun semakin jelas dan gamblang setelah terbitnya buku Negeri Tawon Madu, dan Java’s Last Frontier: The Struggle for Hegemony of Blambangan, yang membuktikan bahwa kerajaan Blambangan masih exist setelah 300 tahun Majapahit runtuh dan malahan pernah mengalami kemakmuran yang luar biasa pada raja Tawangalun 2.pada tahun 1655 sampai dengan 1692.
Bagaimana mungkin kerajaan yang pernah makmur , dan exist sampai abad ke 18, ternyata sisa penduduk Blambangan asli menyusut begitu drastis.
Ada banyak alasan yang dikemukakan sejarawan Belanda tentang menyusutnya penduduk Blambangan ini, antara lain catatan penduduk tidak akurat, adanya perang berkepanjangan, adanya epidemic.
Penulis ingin bertanya, Tuan silahkan gabungkan seluruh sebab musabab itu menjadi satu, apakah hal itu tidak dialami oleh orang Madura, Bali dan Jawa, tetapi mengapa mereka masih begitu sangat banyak jumlahnya?. Pemerintah Orde barupun telah menggiatkan Keluarga Berencana, tetapi apakah jumlah mereka berkurang sangat drastic?
Tuan , Blambangan bukan tanah kering kerontang?
Saya akan buktikan bahwa tuan selain membunuh bangsa kami juga merampok kami habis2an.
Dua Terowongan adalah monument Perampokan Belanda
Pembangunan Perkebunan pada zaman Sir Stanford Raflles di Banyuwangi, untuk mendukung explorasi Australia yang dilakukan secara besar2an , setelah ditemukan emas pada tahun 1800, telah membuktikan Blambangan adalah tanah yang subur dan makmur.
Jika para capitalist dari Scotland /The Great Britain itu telah memberi nama lembah di kaki gunung Raung itu , Gleenmore, Gleenfalloch, Gleenlevis, apa yang kita sanjungkan pada tanah yang indah ini ?
Kemudian setelah perkebunan menghasilkan dana yang teramat besar jumlahnya, maka Belandapun membangun jalan kereta api dengan membuat dua terowongan yang menembus gunung Raung, sampai ke kota Banyuwangi.
Aneh bin ajaib, Banyuwangi yang memiliki kebun yang menghiasi gunung dari barat terus ketimur, ternyata kantor pusat berada di Jember.
Betapa lihai adu domba ini.
Hasilnya dinikmati Belanda , secuil diberikan ke Jember, maka tinggallah Banyuwangi menjadi sapi perahan..
Dari tahun 1812 sampai kemerdekaan berapa ratus triliun gulden yand dirampok Belanda dari Banyuwangi?
Di Tulis Oleh : SUMONO Abdulhamid

0

Silahkan Tulis Komentar Anda ...